- Advertisement -Newspaper WordPress Theme
Penyakit Tidak Menular Memahami Sindrom Dejerine-Roussy: Nyeri Kronis Setelah Stroke

 Memahami Sindrom Dejerine-Roussy: Nyeri Kronis Setelah Stroke

Setelah mengalami stroke, banyak pasien merasa lega karena risiko kematian menurun dan fungsi tubuh mulai pulih. Namun, ada sebagian pasien yang mengalami nyeri kronis, sensasi terbakar, atau kesemutan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini bisa menjadi tanda Sindrom Dejerine-Roussy, juga dikenal sebagai nyeri pasca stroke (central post-stroke pain).

Apa Itu Sindrom Dejerine-Roussy?

Sindrom Dejerine-Roussy (SDR) adalah gangguan neurologis yang muncul setelah stroke, ditandai dengan nyeri kronis akibat kerusakan pada thalamus, bagian otak yang berperan mengatur sensasi nyeri. Meski stroke memengaruhi satu sisi tubuh, nyeri SDR bisa terasa di sisi tubuh yang terkena stroke, sering muncul sebagai rasa terbakar, menusuk, atau sensasi kesemutan yang intens.

SDR termasuk dalam kategori nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang disebabkan oleh kerusakan saraf atau sistem saraf pusat.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab utama Sindrom Dejerine-Roussy adalah kerusakan thalamus akibat stroke, baik stroke iskemik maupun hemoragik. Kerusakan ini menyebabkan sinyal nyeri dari tubuh ke otak menjadi abnormal, sehingga otak “menginterpretasikan” rangsangan ringan sebagai rasa sakit.

Faktor risiko meliputi:

  • Stroke yang melibatkan thalamus
  • Usia lanjut, karena risiko stroke meningkat seiring usia
  • Riwayat stroke sebelumnya atau penyakit pembuluh darah
  • Diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, yang meningkatkan risiko stroke
  • Gangguan mental atau stres, yang dapat memperparah persepsi nyeri

Gejala Sindrom Dejerine-Roussy

Gejala SDR dapat bervariasi, namun umumnya meliputi:

  • Nyeri kronis di sisi tubuh yang terkena stroke, berupa sensasi terbakar, menusuk, atau kesemutan
  • Hipersensitivitas kulit: Sentuhan ringan pun bisa menimbulkan nyeri hebat
  • Perubahan suhu atau sensasi di area yang terkena
  • Nyeri yang muncul spontan atau dipicu oleh rangsangan ringan
  • Gangguan tidur, kecemasan, atau depresi akibat nyeri kronis

Gejala SDR biasanya muncul beberapa minggu hingga bulan setelah stroke, dan bisa berlangsung lama jika tidak ditangani.

Proses Diagnosis

Diagnosis Sindrom Dejerine-Roussy dilakukan oleh dokter spesialis saraf, melalui beberapa langkah:

  1. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik – Menilai lokasi stroke, waktu munculnya nyeri, dan pola nyeri.
  2. Tes neurologis – Memeriksa kekuatan otot, refleks, dan sensasi di sisi tubuh yang terkena.
  3. Pencitraan otak (MRI/CT scan) – Menilai kerusakan thalamus dan area terkait.
  4. Tes nyeri dan sensitivitas kulit – Mengidentifikasi hipersensitivitas atau area yang terasa nyeri berlebihan.

Diagnosis dini penting agar nyeri dapat dikelola sebelum memengaruhi kualitas hidup secara signifikan.

Pilihan Pengobatan

Pengobatan SDR bersifat multidisiplin, mencakup pengelolaan nyeri, rehabilitasi, dan dukungan psikologis:

1. Terapi Medis

  • Obat nyeri neuropatik: Gabapentin, pregabalin, amitriptyline, atau duloxetine untuk mengurangi sensasi nyeri.
  • Analgesik: Obat pereda nyeri biasa kadang diperlukan, namun efektivitasnya terbatas pada nyeri neuropatik.
  • Obat tambahan: Kortikosteroid atau opioid dalam kasus nyeri parah yang sulit dikendalikan.

2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

  • Fisioterapi: Latihan ringan untuk meningkatkan sirkulasi, fleksibilitas, dan fungsi motorik.
  • Terapi okupasi: Membantu pasien menyesuaikan aktivitas sehari-hari meski mengalami nyeri.

3. Dukungan Psikologis

  • Konseling atau terapi perilaku kognitif untuk mengelola stres, kecemasan, atau depresi akibat nyeri kronis.

4. Perawatan Mandiri

  • Menggunakan kompres hangat atau dingin untuk meredakan nyeri sementara.
  • Relaksasi, meditasi, atau teknik pernapasan untuk mengurangi stres.
  • Menjaga pola tidur dan nutrisi sehat, karena kualitas tidur dan energi memengaruhi toleransi nyeri.

Pencegahan dan Tips Hidup Sehat

Meskipun SDR tidak selalu bisa dicegah, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko nyeri pasca stroke dan meningkatkan kualitas hidup:

  • Kontrol faktor risiko stroke: Hipertensi, diabetes, kolesterol, dan merokok.
  • Rehabilitasi dini pasca stroke: Latihan fisik dan okupasi untuk memulihkan fungsi tubuh.
  • Manajemen stres: Teknik relaksasi, meditasi, atau konseling psikologis.
  • Pantau gejala nyeri dan segera konsultasi dokter jika nyeri muncul atau memburuk.

Sindrom Dejerine-Roussy adalah nyeri kronis yang muncul setelah stroke akibat kerusakan thalamus. Diagnosis dini, pengobatan nyeri neuropatik, terapi rehabilitasi, serta dukungan psikologis dapat membantu pasien mengelola nyeri dan mempertahankan kualitas hidup. Kombinasi gaya hidup sehat, kontrol faktor risiko stroke, dan rehabilitasi pasca stroke menjadi kunci dalam meminimalkan dampak SDR pada aktivitas sehari-hari.

Mata bergerak tak terkendali dan otot sering kejang? Bisa jadi itu Sindrom Opsoclonus-Myoclonus, gangguan saraf langka. baca artikel ini untuk kenali gejala, penyebab, dan cara penanganannya! https://rumahsakitband.com/memahami-sindrom-opsoclonus-myoclonus-gangguan-gerakan-mata-dan-otot/

Subscribe Today

GET EXCLUSIVE FULL ACCESS TO PREMIUM CONTENT

SUPPORT NONPROFIT JOURNALISM

EXPERT ANALYSIS OF AND EMERGING TRENDS IN CHILD WELFARE AND JUVENILE JUSTICE

TOPICAL VIDEO WEBINARS

Get unlimited access to our EXCLUSIVE Content and our archive of subscriber stories.

Exclusive content

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

Latest article

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme