Apakah remaja Anda sering mengalami lelah berkepanjangan, demam, sakit tenggorokan, atau pembengkakan kelenjar getah bening? Kondisi seperti ini bisa menjadi tanda mononukleosis, penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Mononukleosis sering dikenal sebagai “penyakit ciuman” karena virus ini mudah menular melalui air liur.
Meskipun sering ringan, infeksi EBV dapat mengganggu aktivitas sekolah atau olahraga, dan pada kasus tertentu menimbulkan komplikasi serius. Oleh karena itu, memahami gejala, penyebab, pengobatan, dan langkah pencegahan sangat penting bagi orang tua dan remaja.
Apa Itu Infeksi Epstein-Barr dan Mononukleosis?
Epstein-Barr Virus (EBV) adalah virus dari keluarga Herpesviridae yang paling sering menyerang remaja dan dewasa muda. Virus ini menjadi penyebab utama mononukleosis infeksiosa, yang biasanya menimbulkan gejala:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Kelelahan berat
EBV dapat bertahan dalam tubuh seumur hidup dan terkadang dapat kambuh atau menular kembali, meski gejala sering ringan atau tidak muncul sama sekali.
Penyebab dan Faktor Risiko
Infeksi EBV disebabkan oleh virus Epstein-Barr dan menular melalui:
- Air liur (cium, berbagi gelas atau peralatan makan)
- Kontak dengan darah atau organ transplantasi
- Kontak dekat dengan orang yang terinfeksi
Faktor risiko utama meliputi:
- Remaja dan dewasa muda, terutama usia 15–24 tahun
- Kontak dekat dengan teman sebaya atau anggota keluarga
- Sistem imun lemah, misalnya akibat penyakit kronis atau stres tinggi
- Kebersihan diri yang kurang, seperti jarang mencuci tangan
Gejala Infeksi Epstein-Barr
Gejala EBV bervariasi tergantung usia dan kondisi imun, biasanya muncul 4–6 minggu setelah terpapar virus.
Gejala Umum pada Remaja
- Demam sedang hingga tinggi
- Sakit tenggorokan parah
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak
- Kelelahan berat yang bisa berlangsung berminggu-minggu
- Nyeri otot atau sendi
Gejala Tambahan
- Pembesaran hati atau limpa (jarang)
- Ruam merah di kulit
- Gangguan fungsi hati ringan
Gejala biasanya membaik dalam 2–4 minggu, tetapi kelelahan bisa bertahan lebih lama.
Proses Diagnosis
Dokter biasanya mendiagnosis infeksi EBV melalui:
- Pemeriksaan fisik: melihat pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati atau limpa
- Riwayat kesehatan dan gejala
- Tes darah laboratorium:
- Hitung darah lengkap untuk melihat peningkatan sel mononuklear
- Tes antibodi spesifik EBV (IgM dan IgG)
- Hitung darah lengkap untuk melihat peningkatan sel mononuklear
Diagnosis yang tepat membantu membedakan EBV dari infeksi tenggorokan atau influenza.
Pilihan Pengobatan
1. Pengobatan Medis
- Perawatan suportif: fokus pada meredakan gejala seperti demam dan nyeri tenggorokan
- Obat pereda nyeri dan demam: parasetamol atau ibuprofen sesuai dosis remaja
- Rawat inap: hanya bila terjadi komplikasi berat, seperti pembesaran limpa yang sangat parah
2. Perawatan Mandiri di Rumah
- Istirahat cukup dan hindari aktivitas berat
- Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi
- Konsumsi makanan lembut jika sakit tenggorokan
- Hindari kontak dekat dengan orang lain selama masa menular
3. Pengobatan Alternatif (Pendukung)
- Kumur air garam hangat untuk meredakan sakit tenggorokan
- Teh hangat atau madu (untuk remaja >1 tahun)
Catatan: terapi alternatif hanya bersifat pendukung, bukan pengganti perawatan medis.
Pencegahan dan Tips Hidup Sehat
- Hindari berbagi peralatan makan, gelas, atau handuk dengan orang lain
- Cuci tangan secara rutin, terutama sebelum makan dan setelah kontak dengan orang sakit
- Jaga kebersihan lingkungan di rumah dan sekolah
- Perkuat daya tahan tubuh dengan nutrisi seimbang, tidur cukup, dan olahraga ringan
- Konsultasi dokter segera bila gejala parah muncul, seperti nyeri perut hebat atau kesulitan bernapas
Langkah-langkah ini membantu mencegah penyebaran EBV dan mempercepat pemulihan remaja yang terinfeksi.
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) adalah penyebab utama mononukleosis pada remaja. Gejala seperti kelelahan berat, demam, dan sakit tenggorokan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dengan mengenali gejala sejak awal, melakukan diagnosis tepat, menjaga kebersihan, dan memperkuat daya tahan tubuh, remaja dapat pulih lebih cepat dan risiko penyebaran virus ke teman sebaya maupun keluarga dapat diminimalkan.

Baca juga artikel sebelumnya untuk informasi kesehatan lainnya.