- Advertisement -Newspaper WordPress Theme
Penyakit Tidak MenularMemahami Sindrom Pica: Ketika Seseorang Mengidam Makan Benda yang Tidak Lazim

Memahami Sindrom Pica: Ketika Seseorang Mengidam Makan Benda yang Tidak Lazim

Pernahkah Anda mendengar seseorang yang suka memakan tanah, kapur, sabun, atau bahkan es batu secara berlebihan? Sekilas mungkin terdengar aneh, namun perilaku ini bisa menjadi tanda dari gangguan makan yang dikenal sebagai sindrom pica. Kondisi ini bukan sekadar kebiasaan aneh, melainkan bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan fisik maupun mental yang perlu diperhatikan.

Apa Itu Sindrom Pica?

Sindrom pica adalah gangguan makan yang ditandai dengan keinginan dan kebiasaan mengonsumsi benda-benda yang tidak memiliki nilai gizi dan tidak seharusnya dimakan, seperti tanah, kertas, sabun, rambut, kapur, logam, atau es.

Istilah “pica” berasal dari bahasa Latin yang berarti magpie — sejenis burung yang dikenal suka memakan berbagai benda. Sindrom ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak, wanita hamil, serta orang dengan gangguan perkembangan atau kesehatan mental tertentu.

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Pica

Penyebab pasti sindrom pica belum sepenuhnya diketahui, tetapi para ahli percaya bahwa kondisi ini dapat dipengaruhi oleh kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya sindrom pica antara lain:

  1. Kekurangan nutrisi tertentu – seperti zat besi atau seng. Kekurangan ini dapat memicu tubuh “mencari” sumber pengganti melalui benda-benda nonmakanan.
  2. Kehamilan – sebagian wanita hamil mengalami pica karena perubahan hormon dan kebutuhan nutrisi yang meningkat.
  3. Gangguan kesehatan mental – seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD), autisme, skizofrenia, atau gangguan perkembangan intelektual.
  4. Stres emosional atau lingkungan buruk – misalnya pada anak-anak yang hidup dalam kondisi kemiskinan atau kurang perhatian.
  5. Kebiasaan masa kecil yang terbawa hingga dewasa – beberapa anak yang suka memasukkan benda ke mulut tidak berhenti melakukannya seiring bertambahnya usia.

Gejala dan Dampak yang Dapat Timbul

Gejala utama sindrom pica adalah keinginan kuat dan kebiasaan mengonsumsi benda yang bukan makanan selama minimal satu bulan.
Beberapa contoh perilaku yang sering muncul antara lain:

  • Memakan tanah, pasir, sabun, rambut, kapur, atau logam.
  • Mengonsumsi es batu secara berlebihan (pagophagia).
  • Mengunyah kertas, kain, atau plastik.

Dampaknya dapat beragam, tergantung pada benda yang dikonsumsi, seperti:

  • Keracunan zat berbahaya (misalnya timbal dari cat atau logam).
  • Infeksi parasit atau bakteri akibat makan tanah atau kotoran.
  • Sumbatan atau kerusakan saluran pencernaan.
  • Masalah gigi dan mulut, seperti gigi patah atau infeksi gusi.

Proses Diagnosis Sindrom Pica

Diagnosis sindrom pica dilakukan melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Biasanya, dokter akan menanyakan:

  • Riwayat kebiasaan makan dan perilaku pasien.
  • Riwayat medis, termasuk gangguan mental atau defisiensi nutrisi.

Tes penunjang dapat meliputi:

  • Pemeriksaan darah, untuk mengevaluasi kadar zat besi, seng, atau adanya anemia.
  • Tes pencitraan (rontgen atau CT scan), bila dicurigai adanya sumbatan atau benda asing dalam saluran cerna.
  • Evaluasi psikologis, untuk mengetahui apakah terdapat gangguan mental yang mendasari.

Pilihan Pengobatan Sindrom Pica

Penanganan sindrom pica tergantung pada penyebabnya. Beberapa metode yang umum dilakukan meliputi:

  1. Terapi nutrisi
    Jika pica disebabkan oleh kekurangan zat besi, seng, atau mineral lain, dokter akan memberikan suplemen dan menyarankan pola makan seimbang.
  2. Konseling atau terapi perilaku
    Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi pengalihan kebiasaan dapat membantu pasien mengenali serta mengubah perilaku kompulsifnya.
  3. Pengobatan medis
    Bila pica berkaitan dengan gangguan mental seperti OCD atau depresi, dokter dapat meresepkan obat antidepresan atau antipsikotik.
  4. Dukungan keluarga dan lingkungan
    Lingkungan yang aman, perhatian emosional, serta pengawasan terhadap akses benda berbahaya dapat membantu proses pemulihan.

Pencegahan dan Tips Hidup Sehat

Meskipun tidak selalu bisa dicegah, beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko sindrom pica:

  • Penuhi kebutuhan gizi harian, terutama zat besi, seng, dan vitamin.
  • Rutin memeriksakan kesehatan, terutama pada anak-anak dan ibu hamil.
  • Jaga kesehatan mental, dengan mengelola stres dan mencari dukungan emosional.
  • Awasi anak kecil, agar tidak terbiasa memasukkan benda ke mulut.
  • Konsultasi segera ke dokter bila muncul keinginan makan benda yang tidak biasa.

Sindrom pica bukanlah kebiasaan sepele, melainkan kondisi medis dan psikologis yang memerlukan perhatian khusus. Bila Anda atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda keinginan makan benda yang tidak lazim, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau psikolog. Penanganan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi serius dan mengembalikan pola makan yang sehat serta normal.

Perkembangan otak anak tampak tidak normal sejak lahir? Bisa jadi itu Sindrom Miller-Dieker, gangguan genetik langka — baca artikel ini untuk mengenali gejala dan langkah penanganannya! https://rumahsakitband.com/sindrom-miller-dieker-gangguan-genetik-langka-yang-menghambat-perkembangan-otak/

Subscribe Today

GET EXCLUSIVE FULL ACCESS TO PREMIUM CONTENT

SUPPORT NONPROFIT JOURNALISM

EXPERT ANALYSIS OF AND EMERGING TRENDS IN CHILD WELFARE AND JUVENILE JUSTICE

TOPICAL VIDEO WEBINARS

Get unlimited access to our EXCLUSIVE Content and our archive of subscriber stories.

Exclusive content

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

Latest article

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme