Pernahkah Anda mendengar kasus seseorang yang digigit anjing atau kucing liar, lalu beberapa minggu kemudian mengalami demam, kejang, hingga kesulitan bernapas? Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh rabies, penyakit berbahaya yang masih menjadi masalah kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Rabies sering kali dianggap sepele karena gejalanya tidak langsung muncul setelah gigitan. Padahal, jika tidak segera ditangani, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal. Kesadaran masyarakat untuk mengenali bahaya rabies dan langkah pencegahannya sangatlah penting agar kasus kematian akibat penyakit ini dapat ditekan.
Apa Itu Rabies?
Rabies adalah penyakit infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat manusia maupun hewan. Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan yang terinfeksi, biasanya lewat gigitan, cakaran, atau jilatan pada kulit yang terluka.
Penyakit ini sangat berbahaya karena bersifat neurotropik, artinya menyerang saraf dan otak. Jika sudah mencapai tahap gejala, rabies hampir selalu berujung pada kematian.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus. Penularannya terjadi melalui:
- Gigitan hewan terinfeksi (anjing, kucing, kera, kelelawar, dan hewan liar lainnya).
- Cakaran atau luka yang terkena air liur hewan terinfeksi.
- Kontaminasi air liur hewan pada selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Faktor Risiko
- Tinggal di daerah dengan populasi hewan liar yang tidak tervaksinasi.
- Tidak segera membersihkan luka gigitan atau cakaran.
- Tidak mendapatkan vaksin rabies setelah tergigit.
- Pekerjaan yang berisiko tinggi, misalnya dokter hewan, peternak, atau pekerja hutan.
Gejala Rabies
Masa inkubasi rabies biasanya 1–3 bulan setelah gigitan, namun bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung lokasi dan jumlah virus yang masuk.
Gejala awal:
- Demam, sakit kepala, atau rasa lemah.
- Nyeri, kesemutan, atau rasa terbakar pada area gigitan.
Gejala lanjut:
- Kecemasan, mudah marah, atau perubahan perilaku.
- Kesulitan menelan dan air liur berlebih.
- Takut air (hidrofobia) dan takut cahaya (fotofobia).
- Kejang otot dan halusinasi.
- Lumpuh hingga koma.
Ketika gejala rabies sudah muncul, penyakit ini hampir tidak dapat disembuhkan.
Proses Diagnosis
Diagnosis rabies biasanya dilakukan berdasarkan:
- Riwayat paparan: apakah pasien digigit atau dicakar hewan yang berisiko.
- Pemeriksaan fisik: menilai luka gigitan dan gejala neurologis.
- Pemeriksaan laboratorium: tes antibodi, PCR, atau analisis jaringan otak (umumnya dilakukan setelah kematian).
Karena sulit didiagnosis pada tahap awal, riwayat gigitan hewan sangat penting untuk menentukan langkah pencegahan.
Pilihan Pengobatan
Sayangnya, rabies tidak memiliki pengobatan efektif setelah gejala muncul. Namun, ada langkah yang bisa menyelamatkan nyawa jika dilakukan segera setelah tergigit:
- Perawatan luka awal:
- Segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama minimal 15 menit.
- Oleskan antiseptik atau alkohol 70%.
- Segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama minimal 15 menit.
- Pemberian vaksin rabies (post-exposure prophylaxis/PEP):
- Vaksin diberikan beberapa kali sesuai jadwal yang ditentukan dokter.
- Vaksin diberikan beberapa kali sesuai jadwal yang ditentukan dokter.
- Pemberian rabies immunoglobulin (RIG):
- Diberikan pada kasus gigitan dengan risiko tinggi (gigitan di wajah, leher, atau luka dalam).
- Diberikan pada kasus gigitan dengan risiko tinggi (gigitan di wajah, leher, atau luka dalam).
Langkah-langkah ini sangat efektif mencegah virus rabies masuk ke sistem saraf bila dilakukan segera setelah paparan.
Pencegahan Rabies
Mencegah lebih baik daripada mengobati, terutama karena rabies hampir selalu fatal setelah gejala muncul.
Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
- Vaksinasi rabies rutin untuk hewan peliharaan (anjing, kucing).
- Hindari kontak dengan hewan liar atau hewan yang tidak diketahui status vaksinasinya.
- Segera cuci luka dan periksa ke fasilitas kesehatan jika digigit atau dicakar hewan.
- Berikan vaksin rabies pada orang dengan risiko tinggi (dokter hewan, pekerja hutan).
Tips Hidup Sehat untuk Mengurangi Risiko Rabies
- Ajak keluarga untuk selalu waspada terhadap hewan liar.
- Edukasi anak-anak agar tidak bermain dengan hewan yang tidak dikenal.
- Rutin membawa hewan peliharaan ke dokter hewan untuk vaksinasi.
- Sediakan antiseptik atau cairan pembersih luka di rumah sebagai pertolongan pertama.
Rabies adalah penyakit mematikan yang ditularkan melalui gigitan atau air liur hewan terinfeksi. Meski belum ada pengobatan setelah gejala muncul, rabies sebenarnya dapat dicegah dengan langkah cepat: mencuci luka, vaksinasi, dan pemberian imunoglobulin setelah gigitan.
Meningkatkan kesadaran, melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, serta menjaga kebersihan luka setelah gigitan hewan adalah kunci utama untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman rabies.

ahukah Anda bahwa Zika Virus tidak hanya menyebabkan demam ringan, tetapi juga bisa membahayakan ibu hamil dan janin? Kenali lebih dalam tentang gejala, risiko, serta langkah pencegahannya sebelum terlambat. https://rumahsakitband.com/zika-virus-penyakit-yang-membahayakan-ibu-hamil/